BATULICIN – Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu (Pemkab Tanbu) menggelar upacara peringatan Hari Pahlawan 7 Pebruari, bertempat di Halaman Panggung Utama Mappanretasi, Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Kamis (07/02).
Dalam upacara tersebut, Bupati Tanah Bumbu, H Sudian Noor, bertindak sebagai inspektur upacara.
Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2019 mengangkat tema “Pahlawan 7 Pebruari Inspiratif Tanah Bumbu Hebat”.
Dalam amanatnya, Bupati H Sudian Noor, mengatakan Hari Pahlawan 7 Pebruari adalah hari yang penting dan bersejarah bagi Tanah Bumbu yang turut serta mempertahankan kemerdekaan RI dari ancaman penjajah.
Sebagai bentuk penghormatan pada pahlawan yang gugur mempertahankan kemerdekaan RI, Bupati H Sudian Noor mengajak seluruh lapisan masyarakat mendoakan yang terbaik bagi para pejuang 7 Februari agar mendapatkan tempat terbaik disisi Tuhan Yang Maha Esa.
Bupati mengatakan tema peringatan Hari Pahlawan Tahun 2018 adalah “Pahlawan 7 Februari Inspiratif Tanah Bumbu Hebat” yang dimaksudkan untuk mengobarkan nilai-nilai dan semangat pahlawan sebagai pelecut semangat membangun daerah dalam bingkai gotong-royong.
“Mari kita bersama-sama, saling bahu membahu dan bergotong royong membangun Tanah Bumbu demi terwujudnya Tanah Bumbu yang maju dan sejahtera,” ajaknya.
Ia menambahkan, momentum Hari Pahlawan 7 Februari hendaknya menjadi semangat dan energi pemersatu bangsa ditengah tahun politik ini.
Usai upacara, Bupati H Sudian Noor, Forkopimda, dan Sekretaris Daerah H Rooswandi Salem, menyerahkan cinderamata kepada keluarga pejuang 7 Pebruari Pagatan.
Kemudian acara dilanjutkan dengan upacara ziarah ke Taman Makan Pahlawan, Mattone, Pagatan.
Untuk diketahui, perjuangan pahlawan rakyat Pagatan dimulai sejak tanggal 7 Februari 1946 yang menjadi cikal bakal Hari Pahlawan 7 Februari.
Saat bangsa Indonesia diseluruh tanah air bangkit mempertahankan kemerdekaan dan proklamasi 17 Agustus 1945, rakyat Pagatan di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan turut ambil bagian dalam mempertahankan kemerdekaan.
Tepat tanggal 7 Februari 1946, rakyat Pagatan dengan gagah perkasa bersumpah Merdeka atau Mati dalam mempertahankan tanah air tercinta dari cengkraman penjajah.
Dengan senjata serba sederhana dan bambu runcing, rakyat Pagatan menghadapi tentara Belanda yang bersenjata serba modern dan ingin kembali menanamkan kekuasaannya di negeri ini.
Tanggal 7 Februari 1946, di pagi hari yang menegangkan, mendaratkan tentara Belanda yang menyamar sebagai pasukan bala bantuan sebagai pejuang dari pulau Jawa dengan 5 Kapal yang mendarat di Tanjung Petang, Pagatan.
Pimpinan Tentara Keamanan Rakyat menyambut merdeka dengan penuh kemesraan. Namun tiba-tiba tentara Belanda melakukan penghianatan.
Pimpinan TKR dilucuti persenjataannya dan mereka pun di tawan Belanda.
Awal perlawanan dari rakyat Pagatan muncul. Seluruh penduduk desa secara serempak mengadakan perlawanan total.
Selama sembilan jam pertempuran baru lah tentara Belanda mampu mencapai pusat kota yang hanya berjarak kurang lebih 3 km dari Tanjung Petang setelah terlebih dahulu melewati pagar pertahanan rakyat dan mayat-mayat syuhada pahlawan daerah.
Sebanyak 38 syuhada gugur dalam sumpah setia mereka untuk kemudian tak pernah kembali. (rel)