BATULICIN – Sejak tahun 2011, warga Desa Batulicin Irigasi Kecamatan Karang Bintang, berkebun di pekarangan rumah. Walaupun awalnya kurang mendapat dukungan warga, namun saat ini hampir semua warga, khususnya ibu rumah tangga sudah bercocok tanam di pekarangan rumah mereka sendiri.
Sukses dengan program pemanfaatan pekarangan rumah tersebut, Desa Batulicin Irigasi mendapat penghargaan sebagai penerima Pakarti Utama I-tingkat nasional pelaksana terbaik pemanfaatan halaman pekarangan HATINYA PKK (Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman) yang diserahkan oleh Ketua TP-PKK Pusat dr Erni Guntarti Tjahjo Kumolo di Jakarta, 11 November 2016 dalam rangka Peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-44 Tahun 2016.
Warga Desa Batulicin Irigasi, mendukung program pemanfaatan pekarangan rumah ini. Warga desa, khususnya ibu-ibu tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja, namun punya usaha berkebun sendiri.
Wiwin Susanti, mengaku sangat terbantu secara ekonomi melalui program pemanfaatan pekarangan rumah tersebut.
“Biasanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibu-ibu di desa ini membelinya di pasar, tapi sekarang sudah tersedia di lahan pekarangan rumah sendiri, sehingga mengurangi pengeluaran dan malah pendapatan bertambah,” papar ibu rumah tangga berparas manis ini.
Meski begitu, pendapatan yang diperoleh warga yang ikut mendukung program ini tidak menentu.
“Tidak tentu dapat berapa. Tapi yang jelas menambah perekonomian keluarga,” jelas wanita yang hobi bercocok tanam ini.
Pendapatan terbesar warga terjadi jelang lebaran idul fitri, beberapa waktu lalu. Saat itu, daun seledri atau daun sop sangat langka di pasaran, sementara persediaan di pekarangan rumah warga sangat banyak. Dampak positifnya, warga kebanjiran pesanan dari pedagang di pasar.
“Waktu itu harga daun seledri sekilonya mencapai Rp200 ribu. Alhamdulillah berkah buat warga desa, apalagi menjelang lebaran idul fitri,” kata wanita penyuka bunga anggrek ini.
Senada disampaikan warga lain, Dewi. Menurutnya, melalui program tersebut, sedikit membantu menekan pengeluaran tiap bulannya.
“Yang jelas untuk kebutuhan sayur-sayuran sudah tersedia di pekarangan rumah sendiri. Paling tinggal membeli beras dan ikan saja,” katanya sambil memindahkan polybag atau pot berisikan sayur seledri.
Penghasilan yang diperoleh dari menjual hasil kebun sedikit membantu keluarganya. Walaupun tidak begitu banyak, namun meringankan beban suami.
Warga lainnya, Junaidi menambahkan awalnya kurang mendukung istrinya mengikuti program tersebut. Dia ingin istrinya fokus mendidik dan membesarkan anaknya.
“Kebetulan anak-anak saya masih kecil jadi masih butuh perhatian ibunya. Kalau saya setiap hari kerja diluar rumah, jadi kalau sore baru bertemu keluarga,” paparnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Junaidi mengizinkan istrinya mengikuti program itu dengan syarat anak tidak menjadi korban.
“Alhamdulillah istri saya bisa membagi waktu antara berkebun dan menjaga anak. Hasilnya lumayan juga bisa sedikit membantu meringankan beban hidup kami setiap hari,” tukas pria yang kesehariannya bekerja di salah satu perusahaan swasta ini.
Sementara itu, Ketua KWT (Kelompok Wanita Tani) Desa Batulicin Irigasi Suryani mengatakan, sejak tahun 2011, masyarakat desa khususnya ibu rumah tangga mulai melakukan penanaman. Anggaran dana untuk membiayai program tersebut bersumber dari swadaya masyarakat, bantuan Dinas Ketahanan Pangan Propinsi Kalsel dan Kabupaten Tanbu serta TP-PKK Tanbu.
Menurutnya, selain di konsumsi sendiri, hasil kebun milik warga juga di jual ke pasar.
“Alhamdulillah menghemat pengeluaran dan menambah penghasilan. Sedikit sisa hasil kebun di jual ke pasar,” jelasnya seraya mengatakan hasil kebun yang dijual berbagai jenis sayur-sayuran dan singkong.
Menurutnya, semua warga desa mendukung program ini.
“Bukan hanya ibu rumah tangga saja, tapi seluruh keluarga juga dilibatkan untuk menyukseskan program ini,” pungkasnya. (karyono/media center)