Media Center, Tanah Bumbu – Hujan deras mengguyur Kota Batulicin pada hari pertama Imlek, Senin, 08 Februari 2016. Hujan merupakan pertanda rejeki dan awal yang baik bagi warga Tionghoa.
“Kita bersyukur hujan turun. Pertanda yang baik. Awal yang bagus untuk usaha,” ungkap Fang Shiang, warga Kota Batulicin, Senin 08 Februari 2016.
Fang mengatakan, hujan memang selalu diharapkan turun menjelang dan tepat di Tahun Baru Imlek. Bahkan, semakin deras hujannya semakin bagus. Artinya, kata Fang, akan ada banyak rejeki dan keberuntungan menunggu di tahun ini.
Fang menyatakan dengan monyet melambangkan binatang yang cerdas, banyak akal, kreatif, sedikit nakal, tidak gampang menyerah dan aktif. Sedangkan unsur api menggambarkan kobaran semangat dan kepemimpinan.
“Diharapkan menjadi tahun yang baik untuk orang kreatif, cerdas dan semangat,” kata Budi usai perayaan Tahun Baru Imlek 2567 di Wihara Kecil komplek Gereja Sungai Kecil
“Tetapi itu semua hanya simbol. Jangan lupa bahwa kesuksesan banyak faktornya, tidak mungkin orang sukses terus dalam setahun penuh. Saya percaya pasti ada Yin dan Yang, keseimbangan,” tuturnya.
Ia mengatakan bahwa orang Tionghoa senang dengan simbolisasi sehingga ada daur 12 tahun masing-masing dengan 12 penamaan binatang sedangkan serta lima elemen perbintangan Tionghoa yakni kayu, api, bumi, logam, dan air. “
Pemimpin etnis Tionghoa, sangat meyakini setiap tahun baru Cina atau Imlek akan terjadi hujan. Masalahnya, masyarakat Tionghoa menggunakan penanggalan berdasarkan posisi bulan terhadap matahari. Sehingga, tidak ada perbedaan yang signifikan setiap tahunnya. “Bulan Januari dan Februari biasanya jatuh Imlek, dan saat ini masih dalam musim penghujan,” ujarnya.
Warga Tionghoa sendiri berkeyakinan di tahun monyet api, warga Tionghoa harus lebih giat berusaha di bidangnya.” katanya.
TITIS WAHYU CIPTANINGTYAS
