*Manfaatkan Pekarangan untuk Tingkatkan Ekonomi Keluarga
BATULICIN – Desa Batulicin Irigasi, Kecamatan Karang Bintang, Kabupaten Tanah Bumbu, pernah mengharumkan nama Provinsi Kalsel dan Kabupaten Tanah Bumbu di tingkat nasional. Semua berkat kerja keras warganya, khususnya ibu-ibu yang memanfaatkan pekarangan rumahnya menjadi kebun.
——————————
KARYONO, Batulicin
——————————
DESA Batulicin Irigasi memiliki luas wilayah 680 hektar dengan panjang jalan 12 kilometer. Dihuni 1.564 jiwa, Desa Batulicin Irigasi hanya berjarak 16 km dari Kota Batulicin. Jika berkunjung ke desa ini, jangan kaget kalau di setiap pekarangan rumah warga banyak ditumbuhi berbagai macam sayuran. Semua jenis sayuran ada di desa ini.
Pencetus program pemanfaatan pekarangan rumah tersebut ternyata adalah Kepala Desa Batulicin Irigasi Supriyadi. Dijelaskannya, awalnya program pemanfaatan pekarangan rumah tersebut bukan untuk diikutkan lomba. Ide itu muncul saat penyusunan RPJMDes.
Salah satu yang diagendakan adalah pemanfaatan pekarangan rumah. Supriyadi dilantik menjadi kepala desa terpilih pada tahun 2011. Saat ini dia menjalani periode keduanya.
“Saya melihat waktu itu pekarangan rumah memang tidak termanfaatkan oleh warga. Pekarangan rumah banyak ditumbuhi semak belukar,” ujar anak pasangan Suhar dan Suminem ini, Minggu (19/11), di kediaman pribadinya.
Atas dasar itulah, dia bersama KWT (Kelompok Wanita Tani) dan teman-teman penyuluh pertanian melaksanakan program tersebut. Pada tahun 2011, awalnya hanya didukung oleh 15 KK (kepala keluarga) dari 337 KK yang bermukim di desa itu.
“Awal mula program itu diluncurkan memang banyak mengalami kendala di lapangan. Untuk menyamakan persepsi kepada warga terhadap program tersebut cukup sulit. Programnya dianggap tidak begitu penting, karena mereka masih fokus dengan usaha berkebun karet dan sawit,” terang pria kelahiran Batulicin, 15 Juli 1981 tersebut.
Dia juga harus mengorbankan tenaga dan waktu yang tidak sedikit agar program itu didukung warga. Selain bersosialisasi melalui paguyuban atau kelompok-kelompok lingkungan RT, dia juga memberikan bantuan stimulan berupa bibit tanaman. Anggaran dananya bersumber dari Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) melalui bantuan P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan) sebesar Rp16 juta yang diserahkan oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalsel.
“Banyak yang terlibat langsung untuk mendukung program ini. Mulai dari kader PKK, kelompok tani, penyuluh desa, ketua RT dan penyuluh kecamatan juga dilibatkan. Satu rumah kami kasih 10 lembar polybag atau pot,” kata suami Wiwin Susanti ini.
Jenis sayuran yang ditanam diserahkan pada masing-masing KK untuk memilih. “Katakanlah lingkungan RT ini minta bibit bayam atau sawi, kita sesuaikan.
Jadi bukan semata-mata mereka harus mengikuti apa yang kita mau. Kita hanya mau programnya, sementara jenis tanamannya kami serahkan kepada warga. Desa hanya menyesuaikan saja masalah bibit. Di desa ini ada 10 RT,” papar Ayah dari Putra Dimas Aryoseto dan Paramitha Almira Reysa Putri ini.
Sekarang, kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan rumah sudah banyak dilakukan oleh ibu-ibunya. “Dari pada nongkrong yang tidak ada gunanya dan senang ngerumpi, lebih baik memanfaatkan pekarangan rumah,” jelasnya.
Bicara soal hasil yang diperoleh warga dalam memanfaatkan pekarangan rumah itu, ada dua hal yang dilakukan. Pertama, sejumlah warga ada yang menjual hasil kebunnya sendiri ke pasar atau lewat pengumpul. Transaksi jual beli dilakukan langsung di pekarangan rumah. Kedua, Desa Batulicin Irigasi punya KWT (Kelompok Wanita Tani) yang membawa hasil kebun ke pasar.
“Jadi sayuran milik warga dikumpulkan menjadi satu. Setelah terkumpul semua baru dibawa ke pasar. Nanti lakunya berapa. Katakan misalnya satu ikat bayam dijual dengan Rp1000, yang Rp800 diberikan kepada rumah tangga pemilik sayur, Rp100 dijadikan keuntungan pribadi bagi yang membawa sayur dan Rp100 untuk ditabung. Biasanya setahun sekali baru dibagikan lagi kepada warga,” papar pria yang hobi olahraga sepak bola ini.
Dia mengambil contoh tanaman seledri. Dalam satu kilonya harga seledri sekitar Rp30 ribu sampai Rp35 ribu. Dalam satu minggu warga bisa dua kali panen. Sekali panen bisa dapat 2-3 kilogram. “Yang jelas setiap penjualan hasil kebun, warga selalu mendapat untung,” terang lulusan SMPN 3 Banjarbaru tahun 1996 itu.
Sukses dengan program pemanfaatan pekarangan rumah tersebut, Desa Batulicin Irigasi mendapat penghargaan sebagai penerima Pakarti Utama I-tingkat nasional pelaksana terbaik pemanfaatan halaman pekarangan HATINYA PKK (Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman) yang diserahkan oleh Ketua TP-PKK Pusat dr Erni Guntarti Tjahjo Kumolo di Jakarta, 11 November 2016, dalam rangka Peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-44 Tahun 2016.
Selain pemanfaatan pekarangan rumah, jenis variasi tanaman juga menjadi salah satu yang masuk kategori penilaian sehingga meraih juara. “Selain untuk kebutuhan sehari-hari, pekarangan rumah warga juga kita manfaatkan untuk tanaman-tanaman obat. Kami berikan dana stimulan kepada warga untuk menanam tanaman obat-obatan ini,” ujar lulusan SNAKMA (Sekolah Peternakan Menenngah Atas) Pelaihari tahun 1999 itu.
Selain itu, Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti kebersihan lingkungan dan pekarangan rumah juga masuk kategori penilaian. Kemudian program satu hari tanpa makan nasi yang dilaksanakan setiap tanggal 28 dan program persiapan cuci tangan di setiap rumah.
“Masing-masing rumah menyiapkan tempat untuk cuci tangan. Pojok merokok juga kita programkan di desa kita. Artinya, warga desa dilarang merokok di dalam ruangan tertutup, bahkan sudah ada Perdesnya,” jelas alumni Prodi Peternakan Diploma III Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru tahun 2003.
Saat ini, ujar Supriyadi yang mendaftar CPNS pada tahun 2008 ini, yang cukup berat adalah mempertahankan program tersebut agar tetap terus berjalan.
Semua eleman masyarakat desa harus kompak dan sepakat agar program ini tidak berhenti di tengah jalan. Dia juga berharap kepada pemerintah daerah tidak hanya membuat program agar desa masuk nominasi tertentu, tapi bisa membantu desa-desa berprestasi mempertahankan agar program itu tetap jalan.
“Kalau kita sendiri di desa sangat tidak bisa. Harus ada instansi terkait yang membantu kita,” kata pria yang pernah bekerja di salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Tanbu sejak tahun 2004-2006. Menurutnya, susah mempertahankan program tersebut tanpa bantuan dari pemerintah daerah. Diantaranya karena kendala anggaran dana dan sumber daya manusianya yang terbatas.
“Banyak desa-desa di Tanah Bumbu yang berprestasi secara nasional tapi tidak bisa mempertahankan programnya, karena tidak bisa mengangkat potensi-potensi lain yang ada di desanya. Instansi terkait juga tidak bisa mengakomodir apa yang menjadi masalah di desa. Kalau hanya menciptakan sebuah program, siapa saja bisa melakukan.
Tapi untuk mempertahankan program tersebut, belum tentu kita sepaham. Semua instansi terkait harus sepaham,” paparnya.
Berkat prestasinya itu, Desa Batulicin Irigasi sudah banyak dikenal masyarakat luas. “Kalau kunjungan malah rutin. Banyak sekali teman-teman dari daerah lain yang mendatangi kami. Tapi kalau kita tidak bisa mempertahankan program ini, kita yang malu,” katanya.
Ke depannya, Supriyadi akan meluncurkan program pemanfaatan limbah rumah tangga dalam rangka mendukung program pemanfaatan pekarangan rumah. “Sedikit banyaknya pasti ada sampah rumah tangga yang bisa didaur ulang. Harapannya nanti masing-masing Dasa Wisma mengumpulkan sampah dalam satu tempat dan diolah menjadi pupuk organik,” katanya.
Dasa Wisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 KK rumah yang bertetangga untuk mempermudah jalannya suatu program. Dikatakan Supriyadi, kalau sampah tadi sudah menjadi pupuk organik, maka bisa digunakan untuk memupuk tanaman di pekarangan rumah dalam satu lingkungan.
Kalau jumlahnya berlebih bisa dijual sehingga menambah ekonomi rumah tangga juga. Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sebenarnya Desa Batulicin Irigasi sudah membangun pabrik pupuk pada tahun 2015. Sayangnya sampai sekarang belum produksi karena mesinnya masih kurang. “Kalau nanti sudah produksi, kami berharap Badan Lingkungan Hidup bisa mengakomodir produksi pupuk organik desa kami,” katanya. Untuk program jangka panjangnya, Desa Batulicin Irigasi sudah menyiapkan lahan seluas 15 hektar untuk Program Desa Agro Wisata. “Jadi melalui program ini bisa meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui Usaha Kecil Menengah (UKM),” katanya.
Saat ini, ujar Supriyadi, UKM-UKM di Desa Batulicin Irigasi belum terbantu masalah penjualannya. “Harapan kami Dinas Pertanian dan Ketahanan Pengan bisa membantu kami menciptakan suatu tempat sehingga dapat menjual produk home industry secara kontinyu,” katanya. (kry)